Monday, June 11, 2007

TELEPON SELULER

Tahun 1910 adalah cikal bakal telepon seluler yaitu penemuan oleh Lars Magnus Ericsson, yang juga merupakan pendiri perusahaan Ericsson yang kini dikenal dengan nama perusahaan Sony Ericsson. Pada awalnya, orang Swedia ini medirikan perusahaan Ericsson memfokuskan terhadap bidang bisnis peralatan telegraf, dan perusahaanya juga tidak terlalu besar pada waktu itu.


Pada tahun 1921 pertama kalinya Departemen Kepolisian Detroit Michigan menggunakan telepon mobile yang terpasang di semua mobil polisi dengan menggunakan freuensi 2 MHz. Pada tahun 1960, di Finlandia sebuah perusahaan bernama Fennis Cable Works yang semula berbisnis di bidang kabel, melakukan ekspansi dengan mendirikan perusahaan elektronik yang bernama Nokia sebagai handset telepon seluler.


Pada tahun 1969, sistem telekomunikasi seluler dikomersialkan dan setelah tahun 1970 telekomunikasi seluler semakin sering dibicarakan orang. Tahun 1970-an perkembangan telepon seluler/mobile menjadi pesat dengan didominasi oleh tiga perusahaan besar yaitu di Eropa dengan Nokia dan Ericsson dan di Amerika Serikat adalah Motorola.


Motorola memperkenalkan produk telepon genggam pertamanya dengan ukuran yang masih cukup besar dilengkapi antena pendek. Dr Cooper yang menjadi manajer proyek inovasi Motorola memasang base station di New York bekerjasama dengan Bell Labs. Dia mencoba ponsel ‘raksasanya’ sambil berjalan–jalan di berbagai lokasi di New York. Itulah saat pertama ponsel ditampilkan dan digunakan di depan publik. Pada saat itu, Cooper menggunakan ponsel berbobot 30 ounce (sekitar 800 g) atau sepuluh kali lipat dibandingkan rata-rata bobot ponsel yang beredar saat ini.


Sumber: mappz.Com

BATUBARA

Petunjuk paling awal tentang penggunaan batubara berasal dari Aristoteles, seorang filsuf dan ilmuwan Yunani. Abu batabara yang ditemukan di reruntuhan bangunan bangsa Romawi di Inggris juga menunjukkan bahwa batubara telah digunakan oleh bangsa Romawi pada tahun 400 SM. Beberapa ahli sejarah mengatakan bahwa batubara pertama kali digunakan secara komersial di Cina. Ada laporan yang menyatakan bahwa suatu tambang di timur laut Cina menyediakan batubara untuk mencairkan tembaga dan untuk mencetak uang logam sekitar tahun 1000 SM.

Catatan sejarah dari Abad Pertengahan memberikan bukti pertama penambangan batu bara di Eropa. Batubara dari lapisan batubara yang tersingkap di pantai Inggris telah dikumpulkan dan diekspor ke Belgia. Selama Revolusi Industri pada abad ke-18 dan 19, kebutuhan batubara makin meningkat. Penemuan mesin uap oleh James Watt, yang dipatenkan pada tahun 1769, sangat berperan dalam pertumbuhan penggunaan batu bara. Oleh karena itu, riwayat penambangan dan penggunaan batubara tidak dapat dilepaskan dari sejarah Revolusi Industri, terutama terkait dengan produksi besi dan baja, transportasi kereta api dan kapal uap.

Namun tingkat penggunaan batubara sebagai sumber energi primer mulai berkurang seiring dengan semakin meningkatnya pemakaian minyak bumi. Akhirnya, sejak tahun 1960 minyak menempati posisi paling atas sebagai sumber energi primer menggantikan batubara. Meskipun demikian, bukan berarti batubara akhirnya tidak berperan sama sekali sebagai salah satu sumber energi primer. Krisis minyak pada tahun 1973 menyadarkan banyak pihak bahwa ketergantungan yang berlebihan pada salah satu sumber energi primer, dalam hal ini minyak, akan menyulitkan upaya pemenuhan pasokan energi yang berkelanjutan.

http://www.beritaiptek.com

Tuesday, May 22, 2007

TEKNOLOGI MENCETAK

Proses mencetak pertama kali ditemukan oleh orang Cina sekitar tahun 868 M. Huruf Cina (simbol yang melambangkan kata) dipahat pada sebuah balok sehingga timbul dari permukaannya. Kemudian tinta dioleskan pada bagian yang timbul dan langkah selanjutnya adalah ditekan pada permukaan kertas. Teknik mencetak dengan menggunakan balok pahatan adalah teknik mencetak pertama yang dikenal.

Sekitar tahun 1000-an orang-orang Cina juga mengembangkan model alat cetak yang mudah dipindahkan. Masing-masing huruf dipahat pada balok yang berbeda sehingga bisa digunakan berulang-ulang pada kombinasi yang berbeda.

Teknik mencetak modern dimulai di Eropa tahun 1450-an, ketika Johannes Guttenberg menciptakan alat cetak dari logam. Masing-masing karakter dibuat pada potongan logam yang berbeda. Banyak huruf yang dengan mudah disusun menjadi kalimat untuk dicetak. Buku-buku lama tulisan tangan segera digantikan seiring dengan makin cepatnya teknik mencetak.

Teknik mencetak berperan besar dalam “kebangkitan kembali dunia pengetahuan” pada masa Renaissance. Teknologi mencetak segera menyebar ke seluruh Eropa dan koloni Amerika serta tempat lainnya. Selama tahun 1800-an sampai 1900-an, banyak penemuan besar untuk menyempurnakan teknik mencetak, terutama aspek keakuratan dan kecepatan.

Sumber: Young Students Learning Library Vol. 17

PISAU

Sejak peradaban manusia mengenal peralatan dari logam, maka saat itu pula mereka mulai mempelajari teknik pembuatan pedang dan pisau. Selain sebagai perlatan rumah tangga, sampai saat ini pisau masih digunakan sebagai senjata karena bentuknnya yang lebih praktis dibandingkan pedang.

Salah satu jenis pisau yang populer sebagai senjata adalah pisau belati (dagger) yang telah lebih dulu digunakan sebelum pedang. Pisau belati mulai dikenal pada jaman batu sebelum manusia mempelajari peralatan logam.

Berbagai jenis pisau belati dikenal selama perkembangan jaman. Bangsa Eropa pada awal peradaban menggunakan pisa scramasax, sebuah pisau besar yang bisa digunakan sebagai senjata dan peralatan rumah tangga sekaligus. Stilleto yang permukaannya tipis dengan ujung runcing tanpa tepi untuk memotong digunakan khusus untuk menikam.

Pada masa pemukim awal di Amerika Serikat, diperkenalkan jenis pisau berukuran 15 inci (40 cm). Pisau jenis digunakan untuk berburu dan sangat populer pada masanya. Salah satu tokoh yang berperan besar mempopulerkan pisau jenis ini adalah James Bowie sehingga orang-orang menyebutnya “pisau bowie”.

Jenis pisau lipat merupakan salah satu penemuan pisau modern. Mata pisau ini akan segera keluar dengan cara menekan tonbol yang tersedia pada gagangnya. Jenis pisau lipat lain adalah pisau saku yang banyak digunakan oleh Pramuka saat ini.

Sumber: Young Students Learning Library Vol. 20

Wednesday, May 16, 2007

SISTEM 24 JAM

Sistem pembagian waktu menjadi 24 bagian sehari diketahui telah ada sejak 3500 SM. Orang Mesir membagi siang (terang) dan malam (gelap) masing-masing menjadi 12 bagian yang disebut jam. Namun karena panjang siang dan malam selalu berbeda akibat perubahan musim, maka panjang masing-masing jam juga berubah untuk menyesuaikannya.

Sekitar tahun 300 SM, seorang ahli astronomi Babilonia menetapkan panjang semua bagian dalam 24 jam menjadi sama tanpa memperhatikan waktu terbit dan terbenamnya matahari. Orang Eropa belum mengadaptasi sistem pembagian sama untuk 24 jam sampai tahun 1350 M, beberapa dekade setelah diperkenalkannya jam mekanis.

Saat ini ada dua sistem perhitungan waktu: sistem 12 jam yang digunakan secara luas di dunia dan sistem 24 jam yang digunakan militer Amerika Serikat dan sebagian besar Eropa. Dalam sistem ini, tengah malam bisa disebut jam 24.00 hari ini atau jam 00.00 hari berikutnya. Sistem 24 jam menghitung waktu mulai 00.00 dan berakhir 24.00. Sedangkan sistem 12 jam menghitung waktu mulai 01.00 AM (ante meridium) pada tengah malam sampai 12.00 AM pada tengah hari, berikutnya dihitung sebagai 01.00 PM (post meridium) pada tengah hari sampai 12.00 pada tengah malam.

Para ilmuwan biasanya menggunakan sistem 24 jam untuk menghitung waktu, khususnya dalam bidang astronomi untuk mencatat jejak lokasi dan kejadian astronomis. Bumi dibagi menjadi 24 wilayah waktu dimana “waktu 0” ditetapkan di Greenwich, Inggris (universal time) pada garis 0 derajat bujur. Dengan sistem pembagian ini maka bumi terbagi menjadi dua bagian yaitu bujur barat dan bujur timur. Perbedaan waktu antara daerah di belahan bujur barat dan bujur timur bisa terjadi dalam satu hari. Sebagai contoh waktu di Indonesia (bujur timur) lebih cepat satu hari dibandingkan di Amerika Serikat (bujur barat).

Sumber: Science Desk Reference

SEISMOMETER

Seismometer (bahasa Yunani: seismos = gempa bumi dan metero = ukuran) digunakan para ahli gempa (seismolog) untuk mengukur dan mencatat kekuatan gempa bumi. Hasil pencatatan oleh seismometer disebut seismograf.


Seismometer pertama kali ditemukan oleh Zhan Heng di Cina tahun 132 M (Dinasti Han), alat ini disebut Hoefung Didong Yi. Tahun 1880-1895, John Milne, James Alfred Ewing dan Thomas Gray yang bekerjasama di Imperial College of Engineering-Jepang membuat seismometer dengan menggunakan pendulum horisontal. Setelah tahun 1880, sebagian besar seismometer dibuat berdasarkan rancangan mereka.


Bentuk dasar pendulum horisontal pada seismometer seperti gerakan daun pintu. Sebuah beban berat dipasang di ujung pendulum segitiga (10 cm sampai beberapa meter) yang digantungkan pada bidang vertikal. Sesuai dengan gerakan tanah, beban akan diam atau berayun pada engselnya. Zollner menjelaskan tentang teori gerakan ayunan pendulum horisontal awal tahun 1869, namun lebih berkembang untuk ilmu grafimetri daripada seismometri.


Sebelum dipasang, pendulum harus disesuaikan untuk berayun per tiga detik atau per 30 detik. Untuk seismometer kecil yang digunakan amatir umumnya berayun per 10 detik. Ada juga seismometer kecil dengan beban pendulum ringan yang dimasukkan pada ruang hampa untuk mengurangi gangguan angin.

Awalnya seismometer memiliki susunan berupa ujung tajam untuk menggores permukaan kaca buram atau kertas. Perkembangan selanjutnya adalah menggunakan cermin untuk memantulkan cahaya pada lempengan pencatat atau kertas foto. Namun dengan alasan menghemat biaya disain seismometer kembali ke sistem gerakan mekanis. Saat ini disain seismometer berupa pantulan cahaya pada sensor foto elektronik dan hasilnya dicatat pada kertas yang terpasang pada drum yang berputar perlahan.

Sumber: wikipedia

KOIN

Sejarah koin terbentang panjang dari jaman dahulu sampai sekarang. Koin masih umum digunakan dalam sistem moneter dan kegunaan lainnya. Banyak sejarah tentang koin yang dihubungkan dengan tema utama dalam bidang keuangan sejak penemuannya, namun tidak lengkap. Adanya keterkaitan yang erat antara koin dengan peristiwa sejarah membuat koin sering disebut “Sejarah dalam Genggaman Anda”.

Sejarah koin negara-negara barat dimulai dengan penemuan antara tahun 643 dan 630 SM di Lydia. Sejak saat itu, koin menjadi bentuk umum uang yang beredar. Koin pertama pertama dibuat dari electrum, sebuah logam alam berwarna kuning pucat campuran emas dan perak. Namun, ahli arkeologi menemukan lebih dari 477 keping koin yang berasal dari tahun 2000-4000 SM di sebuah situs kuno Thracian di Tekirdag, Turki, yang menunjukkan koin telah digunakan jauh sebelum penemuan di Lydia.

Koin Persia sangat terkenal pada masa Kerajaan Persia dan Sassanid. Banyak koin yang ditemukan di Susa dan Ctesiphon. Koin yang paling terkenal dan banyak dikoleksi adalah koin Romawi dan koin Yunani. Kekaisaran Bizantium memproduksi banyak koin, termasuk koin emas yang bergambar Salib Kristus dan para Kaisar Bizantium.

Koin jaman dahulu dibuat dengan proses pemukulan palu pada landasan. Uang koin diproduksi oleh pemerintah meskipun dalam prakteknya banyak ditiru oleh pemalsu. Sejak tahun 1700-an, proses tekanan digunakan dalam produksi koin yang terus berkembang dan pada tahun 1800-an tekanan uap panas digunakan. Teknologi modern saat ini menggunakan tekanan elektrik dan hidrolik untuk memproduksi koin.

Sumber: wikipedia

KAPAL PINISI

Kapal pinisi yang merupakan salah satu kapal tradisional kebanggaan Indonesia memiliki keunikan dalam pembuatannya. Umumnya, seperti kapal-kapal di negara barat, rangka kapal dibuat lebih dahulu baru dindingnya. Sedangkan pada kapal pinisi, pembuatannya dimulai dengan dinding dulu baru setelah itu rangkanya.

Aturan peletakan papan-papan teras dan aturan dasar lainnya disusun oleh Ruling, sampai sekarang dalam pembuatan perahu pinisi aturan Ruling inilah yang menjadi pedoman. Disamping itu orang Bugis memiliki undang-undang pelayaran dan perdagangan yang disusun oleh "Ammana Gappa" (namanya diabadikan pada pelayaran ekspedisi Pinisi ke Madagaskar).

Jenis kapal kayu pinisi telah mengambil peran penting dalam sejarah pelayaran Indonesia selama berabad-abad. Menurut berbagai sumber, jenis kapal yang sama telah ada sebelum tahun 1500-an, sama seperti kapal Arab.

Meskipun para pembuat kapal ini sering disebut sebagai orang Bugis, namun mereka dibagi menjadi empat sub suku. Keempatnya adalah Konjo di bagian selatan Sulawesi Selatan (Ara, Bira dan Tanah Biru), Mandar di Sulawesi Barat sampai bagian utara Makasar, Bugis di wilayah sekitar Wajo bagian timur Teluk Bone, dan Makassar di wilayah sekitar Kota Makasar. Diantara semua itu, Konjo adalah yang paling berpengaruh dalam pembuatan kapal pinisi.

Dalam sejarah, para pelaut Sulawesi dengan kapal pinisi-nya tercatat telah mencapai P. Madagaskar di Afrika. Gelombang pertama terjadi pada abad ke-2 dan 4, gelombang kedua datang pada abad ke-10 dan gelombang terakhir pada abad ke-17 (masa pemerintahan Sriwijaya). Pendatang dari Indonesia tersebut menetap dan mendirikan sebuah kerajaan bernama Merina.

Pada masa sekarang, ekspedisi kapal pinisi yang terkenal adalah Pinisi Nusantara yang berlayar ke Vancouver, Kanada yang memakan waktu 62 hari, pada tahun 1986 yang lalu. Tahun 1987, ada lagi ekspedisi perahu Padewakang, "Hati Marige" ke Darwin, Australia, mengikuti rute klasik. Lalu Ekspedisi Ammana Gappa ke Madagaskar, terakhir pelayaran Pinisi Damar Segara ke Jepang.

Sumber: www.kastenmarine.com

KACA MATA

Catatan awal tentang penggunaan lensa bantu penglihatan menyebutkan Kaisar Nero menggunakan batu zamrud untuk menyaksikan pertandingan gladiator. Kaca pelindung pertama kali digunakan di Cina pada abad ke-12 atau mungkin sebelumnya. Lensa pada alat ini merupakan lempengan datar yang dibuat dari sejenis pasir keruh, bukan membantu penglihatan tapi melindungi mata dari sinar yang menyilaukan.

Kacamata digunakan secara umum pertama kali di Italia bagian utara pada tahun 1280-an yang diawali oleh laporan Marco Polo ketika ia melihat beberapa kacamata di Cina awal tahun 1275. Pada tahun 1676, Francesco Redi, seorang profesor kedokteran di Universitas Pisa menemukan sebuah naskah yang menyebutkan para penulis mengeluh sulit membaca atau menulis tanpa lensa bantu. Catatan lainnya adalah sebuah khotbah pada tahun 1305 oleh Pendeta Dominican, Fra Giordano da Rivalto yang menyebutkan bahwa kacamata telah ada 20 tahun sebelumnya.

Orang yang berperan dalam penemuan kacamata adalah Roger Bacon, ia mempublikasikan tulisan tentang lensa yang luar biasa (bukan dia penemunya) tanpa menyebutkan nama kacamata. Dia membuat risalah De iride (“Pada Pelangi”) ketika menjadi murid Robert Grosseteste (sebelum tahun 1235) bahwa ada alat optik untuk “membaca tulisan kecil pada jarak tertentu”.

Kacamata awalnya memiliki lensa cembung untuk mampu membantu penderita presbiopi yang umum diderita orang karena pertambahan usia. Nicholas dari Cusa dipercayai sebagai penemu penggunaan lensa cekung untuk membantu penderita miopi. Tahun 1604, Johanners Kepler mempublikasikan risalahnya dalam bidang optik dan astronomi, yang menjelaskan tentang kemampuan lensa cembung dan cekung memperbaiki presbiopi dan miopi.

Ilmuwan Amerika Benjamin Franklin, yang menderita miopi dan presbiopi sekaligus, menemukan lensa ganda tahun 1784 untuk menggantikan penggunaan dua jenis lensa berbeda secara bergantian. Lensa pertama untuk memperbaiki ketidaksesuain mata ini dibuat oleh astronom Inggris Georgy Airy tahun 1827.

Seiring perjalanan waktu, bentuk rangka kacamata juga dikembangkan. Pada awalnya, rangka kacamata dirancang untuk diletakkan pada tempatnya dengan cara dipegang tangan atau dijepit pada hidung. Girolamo Savonarola menganjurkan agar kacamata dipasang dengan menggunakan sebuah tali mengelilingi kepala. Disain kacamata modern, dengan bentuk gagang di telinga dibuat oleh ahli optik Inggris Edward Scarlett tahun 1727 meskipun tidak langsung berhasil.

Awal abad ke-20, Moritz von Rohr dari Zeiss (bersama asistennya H. Boegehold dan A. Sonnefeld), mengembangkan lensa Zeiss Punktal yang mendominasi pasar lensa kacamata selama beberapa tahun.

Sumber: wikipedia

SEPEDA

Sepanjang sejarah, beberapa penemu dan inovator memiliki kontribusi dalam perkembangan sepeda. Bentuk paling awal dari sepeda dikenal sebagai velocipede, termasuk beberapa tipe kendaraan bertenaga manusia lainnya. Dokumen pertama yang mencatat sepeda modern adalah tentang diperkenalkannya rancangan sepeda pada publik di Paris oleh seorang Jerman bernama Baron Karl von Drais tahun 1818. Rancangan ini dikenal sebagai pushbike atau Draisines atau “kuda hobi”, yang digerakkan oleh tekanan kaki pengendara pada tanah. Draisines memiliki dua roda yang dihubungkan dengan rangka kayu.

Seorang Scotlandia bernama Kirkpatrick MacMillan memperbaiki disain Drais dengan menambahkan pengayuh mekanis yang memberikan sentuhan awal bagi sepeda modern yang sebenarnya. Pada tahun 1850-an dan 1860-an, dua warga Perancis bernama Ernest Michaux dan Pierre Lellement membuat disain sepeda dengan bentuk yang berbeda, menempatkan pedal pada roda depan yang diperbesar. Ciptaan mereka, yang kemudian disebut “boneshaker” atau “penny-farthing”, dilengkapi dengan rangka baja sebagai pelengkap bagi roda kayu yang digantikan dengan roda besi. Bentuk awal sepeda pada masa ini sulit untuk dikendarai, dan tempat duduk yang terlalu tinggi berbahay bila penumpang terjatuh.

Rancangan berikutnya untuk mengatasi kegagalan disain sebelumnya adalah dengan menambahkan roda gigi, memperkecil diameter roda depan dan meletakkan tempat duduk lebih ke belakang, tanpa kehilangan kecepatannya. Meletakkan kedua pedal dan kemudi pada roda depan bersamaan masih menimbulkan masalah. J.K. Starley, J.H. Lawson, dan Shergold memecahkan masalah ini dengan memperkenalkan kemudi rantai. Model ini dikenal sebagai dwarf safeties atau sepeda keselamatan. Pada tahun 1885, rancangan Starley diakui sebagai rancangan sepeda modern yang pertama. Berikutnya, bantalan tempat duduk ditambahkan dengan membuat segitiga ganda.

Inovasi baru makin memberi kenyamanan, dan pada tahun 1890-an dikenal sebagai Tahun Emas Sepeda. Pada tahun 1888, orang Scotlandia bernama John Boyd Dunlop memperkenalkan ban berisi angin, yang segera menyebar. Kemudian, roda belakang yang berputar bebas dikembangkan, memberi kemampuan pengendara bebas dari putaran pedal yang tak terkendali. Perkembangan ini mendorong penemuan sistem rem pada tahun 1898. Rem Derailleur yang dioperasikan dengan tangan beserta kabel yang menarik rem juga dikembangkan tahun ini, tetapi masih lambat diterapkan pada sepeda saat itu. Seiring pergantian abad, klub sepeda bermunculan di sepanjang negara-negara Atlantik, dan perjalanan serta balapan sepeda menjadi popular.

Sepeda dan kereta kuda merupakan alat transportasi pribadi yang utama sebelum ditemukannya mobil, dan peningkatan kelas jalan yang halus pada akhir abad ke-19 didorong oleh luasnya penggunaan sepeda saat itu.

Sumber: wikipedia

PAYUNG

Payung yang dalam Bahasa Inggris disebut umbrella (dari “umbra”, bayangan) pada awalnya mempunyai dua fungsi utama. Johnson menggambarkan payung sebagai “sebuah tabir (screen) yang digunakan untuk melindungi dari sinar matahari di daerah panas dan hujan di tempat lainnya”. Beberapa tahun sebelumnya, Kersey (1708) menggambarkan payung sebagai “lembaran sejenis kipas yang biasanya digunakan oleh wanita untuk berlindung dari hujan, dan payung berangka kayu dengan lembaran kain untuk melindungi dari matahari”.

Sebagai pelindung dari sinar matahari, penggunaan payung ditemukan pada ukiran dan lukisan Mesir. Sebuah penemuan di Nineveh menunjukkan bahwa payung umum dipakai para raja baik pada masa damai maupun perang. Penggunaan payung yang sangat terbatas pada masa lalu terkait dengan statusnya sebagai penanda jabatan atau kekuasaan. Mulai dari Asia, Afrika, Yunani dan Romawi, payung digunakan hanya untuk para penguasa.

Pada masa Romawi, ketika atap teater belum semua tertutup, maka payung digunakan oleh para wanita untuk melindungi dari sinar matahari. Pada masa ini payung terbuat dari kulit yang dapat dibentangkan atau dilipat. Orang Italia menyebut payung dengan nama “umbrellaces”.

Pada masa lalu payung dihiasi dengan bulu-bulu. Sutera berminyak menjadi bahan yang digunakan untuk payung. Pada masa pemerintahan Ratu Anne (1665-1714), payung menjadi sangat umum ditemui di London.

Abad ke-18 merupakan masa di mana payung digunakan baik oleh pria maupun wanita. Tahun 1752, Lieutenant-Colonel Wolfe menulis dari Paris bahwa orang-orang menggunakan payung untuk melindungi dari sinar matahari, hujan dan salju. Pada masa itu di Inggris masih belum umum penggunaan payung bagi pria dan wanita.

Bahan yang digunakan untuk payung Inggris pada awalnya adalah sutera, dimana ketika basah menjadi susah untuk dibuka atau ditutup, sedangkan rangkanya menjadi berat dan tidak nyaman, pada sisi lain harga payung sangat mahal. Pada tahun 1787 berdiri pabrik payung di Cheapside yang mengembangkan payung pocket dan portable dengan berbagai impor dan lokal. Penggunaan bahan sutera mulai diganti dengan bahan lain yang lebih baik.

Sumber: www.backyardcity.com

BAN

RW Thomson menemukan dan mematenkan ban berisi angin tahun 1845. Disain pertamanya menggunakan sejumlah pipa lentur yang dibalut dengan kulit. Disain ini diakui memiliki keunggulan sampai ditemukan disain berikutnya. Keunggulan disain ini diantaranya adalah dibutuhkan banyak kebocoran untuk bisa membuat ban kempis dan beragam tekanan dapat diatur sesuai kondisi jalan.

Pada akhir abad ke-19 yaitu tahun 1888, John Boyd Dunlop menemukan ban karet berisi angin. Meskipun teknologi ini merupakan terobosan kemajuan pengembangan ban karet, baru pada tahun 1889 disain ini mulai menyebar. Dunlop pertama kali mengiklankan disain bannya pada Desember 1888 di The Irish Cyclist, dan pada bulan Mei tahun berikutnya ban ini baru mulai menyebar.

Sayangnya disain asli ban ini memiliki kelemahan, bagian dalamnya susah dijangkau karena menyatu dengan roda. Pada tahun 1890 CK Welsh mematenkan disain velg roda yang menjadi dasar disain ban saat ini. Disain ban terus berkembang pada tahun-tahun berikutnya. Ada dua penemuan penting dalam perkembangan teknologi ban, Michelin menciptakan ban radial dengan bentuk grip yang banyak pada tahun 1948 dan Dunlop yang mengembankannya beserta bagian dalam ban mobil tahun 1972.

Seiring perjalanan waktu, industri ban mampu dipakai untuk berbagai penggunaan. Mulai dari balap mobil kecepatan tinggi, Formula-1 sampai penggunaan untuk kendaraan yang sangat besar atau alat-alat berat pada bidang konstruksi. Semua tipe ban memberikan kenyamanan dalam perjalanan, antisipasi kebocoran, serta kinerja yang baik. Ban memiliki peranan penting bagi kendaraan karena benda inilah yang menjamin hubungan mobil dan jalan.

Sumber: www.blackcircles.com

ANGKA NOL

Sistem penanggalan suku Maya yang dikembangkan di Meksiko tengah bagian selatan menunjukkan penggunaan nol untuk mengisi tempat kosong dalam sistem bilangan vigesimal (basis-20). Sejenis kerang digunakan sebagai simbol nol, penemuan paling awalnya di Chiapa de Corzo, Chiapas berangka tahun 36 SM.

Diyakini bahwa penggunaan nol di Amerika pra Maya telah dimulai pada masa Olmec. Namun peradaban Olmec berakhir pada abad ke-4 sebelum masehi, beberapa abad sebelum dikenalnya sistem penanggalan Maya membuat anggapan penggunaan nol masa Olmec diragukan. Meskipun nol telah menjadi kesatuan dalam sistem angka suku Maya, namun tidak berpengaruh pada sistem angka dunia lama.

Tahun 130, Ptolemeus yang terpengaruh orang Hipparchus dan Babilonia menggunakan sebuah simbol untuk nol berupa lingkaran kecil bergaris panjang dalam sistem bilangan seksagesimal. Karena penggunaanya yang berdiri sendiri, angka nol Hellenistic mungkin merupakan penggunaan angka nol yang tercatat pada masa dunia lama.

Penggunaan nol lainnya ditemukan dalam tabel panjang angka Romawi tahun 525 (digunakan oleh Dionysius Exiguus), tapi yang digunakan kata “nulla” (bukan apa-apa) bukan simbol. Ketika sebuah pembagian menghasilkan nol sebagai sisanya, maka digunakan istilah “nihil” yang juga berarti “bukan apa-apa”. Sebuah simbol “N” digunakan dalam angka Romawi oleh Bede sebagai penunjuk nol sekitar tahun 725.

Tahun 498 M, seorang ahli matematika dan astronomi India Aryabhata membuat pernyataan "Stanam stanam dasa gunam" yang menjadi dasar notasi desimal modern. Naskah tertua yang diketahui menggunakan nol adalah Jain dari India yang berjudul Lokavibhaaga, berangka tahun 458 M.

Penggunaan simbol nol yang pasti ditemukan di Gwalior India pada sebuah batu berangka tahun 876 M. Dokumen tersebut tercetak pada lempengan tembaga dengan simbol “o” kecil tercetak di situ.

Sumber: www-history.mcs.st-andrews.ac.uk

ALJABAR

Salah satu tulisan tertua yang pernah ditemukan adalah tentang aljabar yang sekarang menjadi salah satu cabang matematika. Tulisan ini dipahat pada batu ribuan tahun lalu oleh seorang berkebangsaaan Mesir bernama Ahmes. Persamaan yang tertulis pada batu tersebut adalah “x/7+x=19”.

Butuh waktu yang sangat lama bagi studi tentang aljabar untuk berkembang. Orang Yunani, India, Persia dan lainnya hanya sedikit tahu tentang aljabar saat itu. Para ilmuwan Arab-lah yang paling banyak mempelajari aljabar. Pada tahun 825, seorang matematikawan Arab menulis buku yang diberi judul “Hisab al-jabr w’ almuqabalah”, artinya “ilmu tentang persamaan”. Istilah aljabar yang kita kenal sekarang berasal dari kata al-jabr w’ pada judul tersebut. Seorang sastrawan Persia bernama Umar Khayyam menulis buku tentang aljabar pada abad ke-11.

Seorang ilmuwan Perancis bernama Francois Vieta (1540-1603) dikenal sebagai “Bapak Aljabar Modern”. Dia mengumpulkan semua tulisan tentang aljabar yang ada dan menambahkan bukti baru untuk mendukung persamaan yang dikumpulkannya. Sejak masa Vieta, aljabar makin berkembang dan berubah. Para matematikawan masa kini menggunakan aljabar untuk memecahkan berbagai masalah dengan berbagai cara penyelesaian.

Sumber: Young Students Learning Library Vol. 1

Tuesday, May 15, 2007

SISTEM BILANGAN

Munculnya pemahaman mengenai cara mencacah banyaknya benda-benda bersamaan dengan berubahnya cara hidup manusia dari kegiatan mengumpulkan dan berburu menjadi kegiatan menghasilkan makanan, peradaban manusia memasuki jaman batu baru. Untuk memahami berapa bilangan yang dihadapi tanpa mengetahui nama dan cara melambangkannya, orang menggunakan lambang dari benda di sekitarnya. Para gembala di sekitar Laut Tengah menggunakan batu kapur sebesar kerikil untuk melambangkan seekor domba yang digembalakannya. Batu kapur dalam Bahasa Yunani disebut calculo sehingga pekerjaan mencacah dalam Bahasa Inggris akhirnya disebut to calculate.

Membawa batu kapur ke mana-mana sebagai alat pencacah sangat tidak praktis. Oleh karena itu orang mulai menggantikannya dengan membuat torehan pada sebilah kayu atau lempeng tembikar. Empat torehan tegak dinamakan turus yang digabungkan oleh satu torehan datar melambangkan lima. Sistem pengelompokan bilangan lainnya adalah sepuluh, karena manusia mengaitkannya dengan jumlah jari tangan.

Cara menamakan bilangan pada suku primitif erat kaitannya dengan kemampuannya membedakan bilangan terbesar. Bagi suku yang hanya mengenal bilangan satu, dua dan banyak maka akan menamakan bilangan hanya sampai dua, selebihnya akan dinamakan berdasarkan kombinasi satu dan dua. Dengan tidak sengaja muncullah pemakaian bilangan dasar.

Pada sistem bilangan rumpun Melayu, sistem bilangan menggunakan operasi hitung dengan bilangan dasar 10. Bilangan 8 adalah dua alapan (dari 10) yang artinya 10-2 dan 9 artinya satu ambilan atau 10-1. Bilangan 11 dan 12 artinya satu dibalas dan dua dibalas atau 10+1 dan 10+2.

Sumber: Science: Its History and Development Among the World’s Culture

SISTEM ANGKA ARAB

Angka Arab sudah lama dipergunakan sebagai simbolisasi penomoran atau penghitungan. Sistem ini terdiri dari 10 angka dengan bentuk yang berbeda-beda. Angka yang berada di sisi paling kiri punya nilai paling tinggi. Pada perkembangan selanjutnya, sistem angka Arab ini memakai pula tanda desimal serta tanda pengkalian dua, Al-Khawarizmi adalah salah satu penggagasnya. Pada bentuk yang lebih modern, sistem angka Arab dapat merepresentasi setiap angka rasional dengan 13 tanda (10 digit, tanda desimal, tanda bagi, tanda strip di depan untuk menandakan angka negatif dan sebagainya).

Secara keseluruhan, sistem angka Arab terbagi atas dua kelompok angka yakni sistem angka Arab Barat (west Arabic numerals) dan sistem angka Arab Timur (east Arabic numerals). Sistem angka Arab diakui sebagai salah satu yang paling berpengaruh pada bidang matematika. Para ahli sejarah sepakat bahwa angka tersebut berawal dari India. Terlebih setelah orang Arab sendiri menyebut angka yang mereka gunakan sebagai 'angka India' atau arqam hindiyyah.

Bukti sejarah mengemukakan angka 0 sudah dipergunakan pula di India sejak tahun 400 M. Kode angka Aryabhata telah menerangkan secara lengkap mengenai simbol angka 0. Juga pada masa pemerintahan Bhaskara I (abad 7 M) dasar sistem 10 angka sudah dipergunakan secara luas di negara tersebut serta pengenalan konsep angka 0.

Sistem angka India sampai ke Timur Tengah pada tahun 670. Ketika itu para ahli matematika Muslim yang banyak berkiprah di Irak, semisal al-Khawarizmi, sudah mengenal sistem angka Babilonia yang juga memakai 0 digit. Kemudian pada abad ke-10, ilmuwan Arab meningkatkan sistem angka desimal berikut pecahan, seperti tercatat dalam karya Abu'l-Hasan al-Uqlidisi tahun 952-953.

Sumber: www.duniaesai.com

TELESKOP

Pada awal abad ke-17, beberapa ilmuwan memperkenalkan alat baru untuk mengamati langit. Teleskop nama alat itu, merupakan instrumen penting yang berperan dalam revolusi ilmu pengetahuan dan menjadi alat utama bagi para astronom. Istilah teleskop berasal dari bahasa Yunani: tele = jauh dan skopein = melihat atau mengamati. Teleskop merupakan alat yang menggunakan lensa atau dikenal sebagai alat optik.

Pembuatan lensa sudah dikenal sejak jaman Yunani. Seorang fisikawan muslim dari Mesir, Alhazen (lahir pada abad ke-10) memberikan kontribusi besar dalam penelitian optik. Namun, lensa tidak diperkenalkan ke Eropa sampai abad ke-13. Sekitar tahun 1300-an, lensa mulai ditemui Eropa, misalnya di Venesia dan Florence, dan pembuatan lensa makin berkembang. Bahan untuk membuat teleskop menjadi tersedia seiring perkembangan lensa, namun karena alasan kurang jernih, perkembangan teleskop sempat berhenti.

Ilmuwan yang dianggap berjasa dalam penemuan teleskop adalah Galileo, seorang ilmuwan berkebangsaan Italia. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengamatan pada lima abad lalu membawa manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari selubung mitologi. Galileo Galilei (1564-1642) dengan teleskop refraktornya mampu menjadikan mata manusia "lebih tajam" dalam mengamati benda langit yang tidak bisa diamati melalui mata telanjang.

Karena teleskop Galileo bisa mengamati lebih tajam, ia bisa melihat berbagai perubahan bentuk penampakan Venus, seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat perubahan posisi Venus terhadap Matahari. Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti Christian Huygens (1629-1695) yang menemukan Titan, satelit Saturnus, yang berada hampir 2 kali jarak orbit Bumi-Yupiter.

Perkembangan teleskop juga diimbangi dengan perkembangan perhitungan gerak benda-benda langit dan hubungan satu dengan yang lain oleh Johannes Kepler (1571-1630) dengan Hukum Kepler. Dan puncaknya, Sir Isaac Newton (1642-1727) dengan hukum gravitasi. Dengan dua teori perhitungan inilah yang memungkinkan pencarian dan perhitungan benda-benda langit selanjutnya.

Sumber: http://www.aip.org/

SATUAN PENGUKURAN

Pada awalnya satuan pengukuran didasarkan pada bentuk dan panjang benda yang umum dikenal. Satu kaki (feet) berasal dari panjang telapak kaki manusia mulai dari tumit sampai ujung jari kaki. Orang Romawi membagi 1 kaki menjadi 12 bagian, namun sejak abad ke-17 muncul perbedaan antar negara tentang pembagian 1 kaki. Contohnya, orang Belanda membagi satu kaki menjadi 11 inci.

Raja Inggris, Henry I (1100-1135 M) menetapkan 1 yard sebagai panjang antara ujung hidungnya ke ujung jari tangan yang diulurkan. Raja Inggris lainnya, Edward I (1272-1307 M) menetapkan 1 yard setara dengan 3 kaki (0,91 m). Acre yang berasal dari Bahasa Latin ager (ladang) merupakan ukuran awal untuk menyatakan luas ladang yang mampu dibajak sepasang sapi dalam 1 hari. Definisi modern tentang acre juga ditetapkan oleh Edward I – sebuah area seluas 40 kali 4 rod atau 43.560 kaki persegi (4.047 meter persegi), dimana 1 rod setara dengan 16,5 kaki (5,03 m).

Satuan mil (mile) ditemukan oleh orang Romawi dan menyatakan 1.000 pace (mile dari Bahasa Latin yang berarti seribu). Tiap pace adalah 5 kaki (1,52 m), sehingga 1 mil sama dengan 5.000 kaki (1.524 m). Saat ini, 1 mil setara dengan 5.280 kaki (1.609,34 m).

Satuan mil laut (nautical mile) digunakan oleh kapal dan pesawat terbang yang muncul kemudian. Tiap 1 mil laut menyatakan 1/60 derajat garis bujur yang memotong khatulistiwa atau 6.082,66 kaki (1.853,99 m). Karena bumi tidak bulat sempurna, satu mil laut berbeda beberapa desimal pada bagian bumi yang berbeda. Amerika Serikat menggunakan satuan mil laut internasional yaitu 6.076,1033 kaki (1.851,9962 m) sedangkan Inggris menggunakan admiralty mile yang setara dengan 6.080 kaki (1.853,18 m).

Sumber: Science Desk Reference